Batu Bara – Pantun yang diucapkan calon bupati Batu Bara Baharuddin Siagian seperti viral di media sosial sejak Kamis (10/102024) kemarin, menimbulkan kekecewaan pada kalangan tokoh masyarakat Melayu Kabupaten Batu Bara. Mereka menilai ternyata Bahar Siagian bukan sosok calon pemimpin yang patut ditauladani.
“Saya sebagai warga Melayu Batu Bara, sangat kecewa atas pantun yang sebenarnya sudah umum diucapkan orang, tetapi oleh Bahar Siagian sampirannya diplesetkan dengan kalimat yang terkesan melecehkan warga Melayu Batu Bara,” ungkap tokoh masyarakat Melayu Batu Bara Zulham Efendi yang juga merupakan zuriat Kedatukan Bogak.
Kecewaan bahkan sikap protes juga dilontarkan tokoh zuriat Kedatukan Pesisir, OK Salman Al Farisi Anara. Ia tidak menyangka seorang calon bupati yang seharusnya dapat berfikir bijaksana, ternyata bisa melontarkan hal-hal yang rentan dirasakan sebagai merendahkan warga Melayu khususnya di Batu Bara.
Seperti terdengar dalam tayangan video berdurasi 12 detik yang viral dua hari terakhir ini, pada suatu aktifitasnya Bahar Siagian seakan memberi sugesti kepada warga di sekelilingnya, mengucapkan pantun:
Kampak bukan sembarang kampak
Kampak pembelah kayu
Menangkan suku batak
Di tanah Melayu
“Setujuu?” tanyanya, yang terdengar ada jawaban “setujulaa”.
Menurut amatan, patun tersebut sesungguhnya sudah umum disampaikan banyak tokoh batak terutama pada acara-acara terkait dengan budaya Melayu. Bunyinya biasanya adalah:
Kampak bukan sembarang kampak
Kampak pembelah kayu
Batak bukan sembarang batak
Batak sudah menjadi Melayu
Sampiran pantun yang terkesan disengaja diplesetkan itulah yang memicu kekecewaan kalangan warga Melayu tersebut.
OK Salman menyebutkan, masyarakat Batu Bara selama ini sangat menjunjung kerukunan antar suku dan etnis yang saling menghormati, dan menjaga jangan sampai ada gesekan yang akan menjadi benturan. Ia meminta agar jangan membangkitkan kenangan hitam berpuluh tahun lalu yang sangat memilukan masyarakat Batu Bara.
“Kini kami telah mengubur dalam kenangan hitam itu. Tapi tuan yang amat terhormat ini menggali kuburan kenangan hitam itu. Sebagai mewakili Kedatukan Pesisir, sayo OK Salman Farisi Anara menyatakan sikap tegas, protes keras atas pantun di video Paslon 2 Bupati Batu Bara tersebut,” lantang OK Salman.
Zulham Efendi juga mengatakan, leluhur pendiri negeri Batu Bara ini tidak pernah melarang suku bangsa apapun untuk berdiam dan tinggal bahkan mengelola hasil bumi Batu Bara, namun hendaknya memahami pula adat dijunjung budaya disanjung, dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung.
Sebagai sosok yang berkeinginan menjadi pemimpin di daerah ini seharus ia mempelajari adat resam bangsa Melayu Batu Bara, sehingga dapat menjaga lisan untuk tidak menimbulkan ketersinggungan dengan kata-kata yang dapat dirasakan sebagai merendahkan.
“Jika tak mampu menyatukan dan menjaga perasaan masyarakat Melayu, maka sebaiknya berpikir ulang untuk hasrat menjadi pemimpin di Batu Bara ini,” pungkas Zulham. (Rahmat/Sella)